Sebuah Renungan

Sebuah Renungan


    
    Dibawah pohon rindang, sayup-sayup angin membuat tajuknya bergoyang, gadis kecil itu duduk di bawah saung, meneduh, menatap senja yang sedari tadi memancarkan cahaya jingganya. Matahari mulai tenggelam, perlahan, hingga cahayanya kian memudar. Gadis itu merenung, menatap langit, yang kian gelap. 

    Burung-burung yang terbang kesana kemari, hinggap di padi-padi. Gadis itu kini mengalihkan pandangannya, suara kereta melaju, memekik telinganya.

“Bisakah aku melaju secepat kereta itu?, bisakah aku terbang sebebas burung itu?, bisakah aku menghilang sejenak dari hiruk pikuk dunia seperti senja itu?”

“Aku lelah, berpura-pura pada dunia, menganggapku bisa, padahal aslinya aku putus asa. Aku lelah membohongi dunia, memaksa diriku terus berjuang, padahal aslinya aku ingin tumbang”

Kini, senja sepenuhnya hilang, langit tak lagi terang, cahaya bulan pun datang, bintang-bintang mulai berpendaran. Ia kemudian sadar. Dirinya harus beranjak pulang.

 “Untuk siapa aku berjuang?"

Dia teringat akan kereta yang tadi melaju. Kemana tujuannya?

“Aku memang lelah, tapi, ini pilihanku. Aku harus berjuang sampai akhir seperti kereta itu yang terus melaju hingga tujuannya” 

Kini ia berjalan menyusuri jalan setapak itu. Langkah demi langkah, ia pun sampai dirumah. “Keluarganya”...

“Aku tau, jalanku memang sulit, banyak kerikil yang membuatku sakit. Aku tau jalanku tak mudah, harus melalui gunung dan lembah. Tapi aku punya tujuan, aku punya alasan”

“Aku tak berjuang sendirian, seperti bintang yang melalui gelapnya malam bersama rembulan. Gelapku pasti akan segera berakhir, malamku akan segera beranjak dari peraduan, aku akan terus berjuang.."


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ya Begitulah Hidup

Di Kehidupan Manapun, Kuharap Kau Hidup Lebih Baik daripada Aku

Benarkah Sorak Sorai untukku Benar Ada?